this is my feeling for him....
yaaaa listen!!!!!!
Saat ini aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku sangat merindukannya yaa sangat merindukannya. Sesekali, dua kali dan sesering aku memikirkannya. Hanya dia. Entah kenapa akau tidak bisa melupakannya bahkan dari dasar cintaku kepadanya.
Setiap malam berlinangnya butiran air mata ku terjatuh hanya karena memikirkannya. Apa dia tahu itu? Apa dia juga merindukanku atau hanya sedikit saja mengenangku. Mengenang akan semua cerita cinta kita dahulu. Apa dia akan seperti itu? Mungkin tidak. Dia sudah mempunyai seseorang yang ia sayangi disampingnya kini.
Semuanya, satu per satu pergi. Yaa itu suatu hal yang menyakitkan. Semua mata telah berpaling kepada kekasihnya sekarang. Seakan aku hanyalah kisah masa lalu yang terblesit lewat dalam kehidupan mereka. Hanya sekadar mengenal namaku dan menjadikannya sebuah angin lalu. Apakah aku marah? Cemburu? Atau hanya keegoisanku semata?
Aku sudah tidak punya tempat untuk berbagi cerita saat aku bercerita tentang dia. Semua orang tidak peduli, tidak ingin mendengarkannya walaupun hanya sedidikit saja. Mereka berkata “jangan bodoh, lupakan dia” “kanapa masih aja sih memkirkan dia? Dia udah buat sakit dengan kata-katanya” “sudah dewasa harus punya niat, kalau selalu mengingat dia dan mencari tahu tentang dia itu hanya membuat sakit hati sendiri” “jangan mau di intimidasi oleh perasaanmu sendiri” “dia nggak baik buat kamu, bersyukurlah dia bukan jodoh untuk mendampingimu sebagai seorang suamimu” “udah ngga tahu lagi harus ngomong apa dan harus menasehati apa lagi” “sudah jangan bahas tentang dia lagi. Bosan”
Sesekali aku memandang sebuah cermin. Aku melihat sesosok perempuan rapuh hatinya. Aku berkata kepada perempuan tersebut “hei, kenapa kamu? Kenapa kamu belum bisa melupakannya? Kenapa kamu tidak bisa menghapusnya dan mencari sosok lain yang lebih baik darinya? Sadar hei, sadar. Dia sudah mempunyai seseorang yang sangat mencintainya, yang sangat melindunginya dan memberikan kasih sayang kepadanya. Apa kamu merasa pengorbananmu lebih besar darinya? Tidak. mungkin pengorbanannya lebih besar daripada kamu. Jangan berharap! Kamu harus bisa belajar ikhlas. Belajar menerima segala yang menyakitkan saat impianmu tidak dapat menjadi kenyataan. Kamu harus punya niat!”
Tertatih aku berbicara seperti itu, perempuan itu menagis yang dengan suaranya yang parau. Kanapa? Itu adalah sosokku sendiri. Sosok yang sangat menyedihkan. Kenapa semuanya harus seperti ini? Dia tidak akan pernah tahu bagaimana caraku untuk melupakannya? Bagaimana caraku untuk dapat tetap bernafas tanpa dia? Bagaimana setiap waktu aku memikirkannya, mencintainya? Bagaimana caraku untuk tetap bertahan? Aku tidak butuh belas kasihan dia. Tidak.
Sesering aku menagis memikirkannya, sesering itu juga aku membiarkan luka ini semakin membesar dan terbuka lebar. Di satiap doaku. Aku hanya berharap bahwa kalau Tuhan tidak mengizinkanku bersamanya, maka buanglah perasaan menyiksa ini dan menjauhkan segalanya yang berhubungan dengan dia. Aku membutuhkan teman-temanku. Tapi.... aku tidak ingin menyusahkan mereka atas curhatanku, mendengarkan ceritaku segalanya tentang dia. Mereka empunyai masalahnya masing-masing.
Hanya berfikir bagaimana mengubah segalanya menjadi tenang? Bagaimana menghentikan tangisan dan kesakitan yang menyesakan setiap aku memikirkan tentang dirinya? Kerena aku sangat mencintainya. Terlalu mencintainya. Harus bagaimana lagi mengungkapkannya, ribuan kisah cerpen ataupun novel, kumpulan puisi romantis sekalipun tidak dapat menggambarkan detail perasaan apa sesungguhnya yang ada di sini. Didalam hati ini. Aku mengerti, aku tidak ingin menjadi alasan suatu hari nanti saat seseorang terluka karena keegoisanku. Keegoisan yang akan memerburuk keadaan saja. Kekasihnya itu telah banyak membuat ukiran kisah lebih dari kisah ku dengannya. Aku juga tidak tahu alasan apa yang membuatku terlalu mencintainya. Tetapi aku mengerti satu hal, saat dia tidak ada disisiku, saat dia tidak ada untuk menenangkanku. Aku seperti kapas dengan berat ribuan kilogram, terlihat ringan tetapi sesungguhnya itu sesuatu yang sangat berat. Aku merindukannya.
Ternyata sesakit ini aku mencintainya. Sesakit ini aku melupakannya. Aku tidak pernah berfikir sampai sejauh ini untuk hidup tanpa dia. Seseorang lelaki yang aku cintai yang sekarang bersama orang lain, dia. Dia alasan untuk ku, untuk tetap bertahan dalam sakit seperti ini. Alasan untukku agar aku marasa bahagia bahwa dia setia walaupun bukan denganku. Alasan untukku untuk bersikap tenang dan tersenyum walau disatu sisi yang perih. Alasan untukku agar aku tidak menagis di depan mereka, walau aku menagis di salah satu sudut kamar atau di dalam suatu ruang dalam kesendirian. Aku menyukainya, menyayanginya, mencintainya dan tulus kepadanya dengan caraku sendiri. Aku mencintainya walau aku mengerti bahwa itu tidak akan mungkin.
Aku merindukannya..............
Tolong seseorang sembuhkan aku. Mengertilah bagaimana perasaan seperti ini.
Aku mohon tolong aku...............
No comments:
Post a Comment